Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa. Dan selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha

Selasa, 29 Oktober 2013

Bersihkan Jalan-Jalan Doa



Sahabat, tahukah kalian bahwa suatu hal yang paling ajaib dalam kehidupan kita adalah keinginan jiwa yang kuat untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Terkadang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita sampai berbuat nekad. Semakin dicegah, semakin kuat pula dorongan keinginan untuk ke sana. Mungkin kita lupa bahwa tertundanya jawaban doa bisa jadi disebabkan karena 2 (dua) hal. Pertama, penundaan itu lebih baik dan menyelematkan kita dari musibah. Kedua, karena menumpuknya dosa-dosa. Oleh karenanya, bersihkanlah jalan-jalan terkabulnya doa dengan memperbaiki kualitas amal kita dan menjauhi segala maksiat.

Lihatlah, apa yang kita minta dan tuntut. Apakah itu baik untuk agama kita atau hanya untuk sekedar menuruti hawa nafsu? Jika semua yang kita lakukan hanya demi hawa nafsu, ketahuilah bahwa tidak dikabulkannya permintaan kita adalah bukti kasih sayang-Nya. Karena Ia tahu apa yang terbaik untuk agama dan kehidupan kita. Sesungguhnya perencanaan Allah itu jauh lebih baik daripada perencanaan kita. Allah sering menguji dengan mencegah kecendrungan kita untuk mengetahui tingkat kesabaran yang kita miliki. Silahkan, perlihatkanlah kesabaran yang kita miliki kepada-Nya hingga titik puncak.  Niscaya kelak akan terlihat apa yang paling mudah untuk kita.

Bersihkanlah jalan-jalan doa dari segala tumpukan dosa dan maksiat. Agar Allah memperkenankan segala keinginan kita, dan memilihkan sesuatu yang terbaik untuk agama serta kehidupan kita. Manakala kita telah membersihkan jalan-jalan pengabulan doa tersebut, lalu kita bersabar atas apa yang Allah takdirkan, semua yang akan terjadi adalah pasti yang terbaik untuk kita. Percayalah aka nada keindahannya sesudahnya. Apapun yang ditakdir-Nya, Dia memiliki perencanaan yang paling indah dan paling baik untuk kita. Mari kita benahilah segala sesesuatunya sekarang juga, bersihkan jalan-jalan doa itu agar Allah selalu melihat kita dan berkenan mengabulkan segala permohonan kita. Sebelum terlambat masanya. Cobalah kita renungi makna dari sabda Rasulullah saw di bawah ini,

“Sesungguhnya doa seorang hamba tidak akan lepas dari salah satu tiga hal ini, yaitu mungkin doanya akan segera dikabulkan, atau mungkin ini akan menjadi simpanan amalnya nanti di akhirat, atau kalau itu akan menjadi penghalang atau pengelak musibah bagi dirinya”.

Jumat, 18 Oktober 2013

Sutradra Hebat Vs Aktor Hebat


Kita semua pastinya sepakat bahwa manusia diciptakan oleh Allah itu dengan berbagai macam potensi dan keahlian tersendiri, karena Allah memberikan kita akal pikiran. Sehingga manusia bisa mencapai prestisenya di muka bumi ini, sebagaimana yang dicita-citanya. Manusia dengan segala potensi dan keahlian yang dimilikinya mampu menaiki tangga kesuksesan sebagaimana yang diimpikannya. Betapa sangat indah Allah membuat skenario kehidupan ini. Sebagai sutradara yang ulung, Allah kemas setiap cerita dengan dominasi keunikannya tersendiri.

Tetapi sadarkah kita, ada banyak manusia yang masih kurang menyadari  tentang keindahan dan keunikan cerita yang Allah buat untuk kehidupan ini. Tak banyak orang yang mampu membaca makna pesan dari skenario yang Allah turunkan di tengah-tengah kehidupan ini, sehingga ketika kita menemui aral yang membuat diri kita jatuh, kita langsung drop dan merasa tak bisa lagi berdiri meneruskan perannya sebagai aktor dari cerita kehidupan. Selain itu, tak banyak juga orang yang mampu membaca potensi diri yang dimilikinya. Sehingga terkadang menimbulkan keragu-raguan terhadap dirinya sendiri. Menjadi  tidak percaya diri, dan merasa takut ketika menerima skenario baru. Apalagi jika cerita skenario baru itu terlihat sulit untuk diselesaikan dan diperankan, tanpa berkomentar panjang lebar kita pasti akan memilih untuk menolak tawarannya tanpa pertimbangan matang. Timbul di dalam diri kita perasaan takut tidak akan mampu mengerjakannya, takut gagal, takut tidak selesai, dan  segudang ketakutan-ketakutan lainnya bisa timbul dalam benak pikiran kita secara tiba-tiba.

Ketakutan-ketakutan yang timbul seperti itu adalah suatu hal yang wajar, tetapi janganlah rasa ketakutan itu dipupuk menjadi berlebihan. Bagaimana kita bisa mengetahui potensi yang kita miliki, jika belum melakukan tindakan apa-apa kita sudah memilih untuk berlari menjauhi. Bagaimana kita bisa mengatakan kita ahli, jika kita belum pernah mencoba mempelajarinya tiba-tiba kita bilang tidak mengerti. Bagaimana kita bisa mengatakan kita seorang aktor hebat, jika belum membaca alur ceritanya kita sudah lebih dulu menolak skenario pemberian-Nya. Tapi itulah sifat individu kita sebagai manusia, terkadang penyakit takutnya itu lebih mendominasi. Belum lagi terkadang diiringi oleh penyakit malasnya yang kronis melekat di dalam diri. Ingin berhasil berjalan sesuai kondisi, tetapi berat untuk menggali. Baru sekali saja kalah, langsung mengalah penuh keluh kesah dan resah. Baru sekali ditimpa ujian dan musibah, sudah langsung patah arah. Bahkan ada yang bilang bahwa dunianya berputar arah. Aneh ya.…, Manusia terkadang sangat takut dengan dirinya sendiri, sehingga membuatnya tidak percaya diri terhadap potensi dan keahlian yang dimiliki. Itulah cerita nyata yang masih saja ada di dalam kehidupan saat ini. Sebagian malah ada yang frustasi dan putus asa, aduh….jangan ya??

Renungkanlah, layakkah kita berkeluh kesah? Layakkah kita marah di atas skenario sang sutradara sementara kita hanyalah pemeran ceritanya saja. Tentu saja tidak layak. Jangan mengkerdilkan diri dengan emosi. Karena tanpa disadari, hal itu bisa sedikit demi sedikit bisa mengikis potensi yang kita miliki. Jika hadir di hadapan kita tuntutan skenario-skenario baru yang harus dipelajari, maka pelajarilah. Selagi itu membawa kebaikan dan hal positif bagi kehidupan. Dan tidak bertentangan dengan keinginan Tuhan. Aktor hebat pasti akan menjalani semua peran yang diberikan oleh sang sutradara dengan antusias semangat yang tinggi.

Hindari perkataan saya tidak mengerti dan tidak bisa sebelum segala sesuatunya kita pelajari. Hindari berkata saya tidak akan mampu menyelesaikannya, sebelum kita mencoba untuk menyelesaikannya. Karena pada hakikatnya begitu banyak potensi yang tersembunyi di dalam diri kita yang tidak kita sadari. Bertempurlah sebelum menyerahkan kalah, mendayunglah sebelum air beriak parah. Yakinlah pada potensi yang kita miliki, yakinlah  pada kemampuan diri. Ambillah setiap kesempatan dan raihlah semua peluang. Jadilah aktor hebat yang tidak mudah menyerah. Masalah berhasil atau tidaknya itu belakangan, masalah menang atau kalahnya itupun belakangan. Yang terpenting di dalam hidup ini adalah berusaha, berusaha, dan berusaha. Mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang kita miliki untuk menyelesaikan peran hebat dari sang sutradara hebat. Karena kita akan menemukan potensi dan kemampuan diri kita jika kita bertindak. Jangan sia-siakan peran yang diberikan oleh Allah, Sang sutradara terhebat. Sebagai aktor hebat bangunlah daya lenting tinggi yang mampu melambungkan diri ke atas peran yang lebih tinggi lagi. Dan siapkan diri untuk memainkan setiap skenario kehidupan…., so make to action now if you want change in your live.

Senin, 07 Oktober 2013

Ujian Dan Kedudukan



Diantara tuntutan kehidupan dunia yang melelahkan, salah satunya adalah kedudukan. Ibnu wardi mengatakan, “berat beban karena kedudukan telah melemahkan kesabaranku”. Itu artinya bahwa konsekuensi dari sebuah kedudukan itu sangatlah mahal. Bahkan kedudukan dapat menurunkan kesehatan. Karena bertambahnya beban yang harus kita dipikul. Seorang yang saleh pernah berkata kepada anaknya, “Janganlah engkau menjadi kepala (pemimpin) sebab kepala banyak menahan rasa nyeri.” Maksud ucapan di atas adalah bahwa jangan terlalu senang menonjolkan diri dan ingin menjadi pemimpin. Mengapa? Sebab sasaran kritik, umpatan, dan serangan-serangan lainnya tak lain hanyalah kepada orang-orang yang berada di barisan paling depan.

Ketahuilah, bahwa beban berat atau suatu ujian itu bukan hanya pada masalah yang tidak kita sukai saja. Bahkan, suatu yang kita sukaipun seperti menjadi pemimpin dan mempunyai harta yang banyak itupun merupakan ujian yang teramat sangat berat.  Tidak jarang, sebuah kedudukan itu lebih berat dari sekedar kekurangan harta dan kemiskinan. Karena semakin tinggi kedudukan seseorang, maka akan semakin tinggi pula beban yang akan dipikulnya. Sayyidina Umar ra pernah berkata, “Aku lebih suka diberikan suatu musibah dan ujian kemudian aku bersabar daripada aku diberi kekayaan dan tidak mampu bersyukur. Sebab bagaiku, sikap bersyukur lebih berat dilaksanakan daripada sikap bersabar.”

Apa yang Umar ra katakan sangatlah benar. Bersabar di saat kita mendapat musibah itu lebih mudah dilaksanakan daripada bersyukur di saat kita mendapat kenikmatan. Karena di saat kita mendapat musibah, orang bisa ingat kepada Allah. Namun ketika Allah mengujinya dengan suatu kenikmatan atau bahkan kedudukan, jarang sekali dari sebagian kita yang mengingat Allah. Justru kenikmatan-kenikmatan itu melalaikan kita untuk bersyukur, dan menjadikan kita kepada cinta dunia.