Ibarat burung yang
menerbangkan, demikian pula doa hendaknya memiliki sayap lengkap berupa raja’
(harap) dan kahuf (cemas). Dengan dua sayap inilah, hamba yang berdoa
menerbangkan segenap melalui lisannya yang lemah, penuh noda dan dosa ke
haribaan Allah. Firman Allah, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(QS. Al-A’raaf: 56)
Dengan sayap harapan, seorang hamba yang berdoa akan senantiasa optimis bahwa
Allah selalu memberikan yang terbaik baginya. Sedangkan sayap kecemasan,
seorang hamba akan berusaha sekuat tenaga memperbaiki dirinya. Ia cemas akan
murka-Nya dan khawatir akan azab-Nya.
Dua sayap ini akan
mengantarkannya kepada adab-adab berdoa. Dia akan memperbesar ketergantungan
kepada Rabb-nya, mencurahkan perhatian kepada yang dimintanya, memperhatikan
tujuan yang ingin dia capai, dan semua unsur yang terkait dengan doa itu
sendiri. Sebagai intisari ibadah doa yang dipanjatkan keluar dari hati yang
ikhlas, yakni murni dan tulus karena Allah. Dia juga tidak akan mudah putus asa
jika doanya tidak segera dikabulkan, dia tahu ada hikmah dibalik ditundanya doa
yang dia panjatkan.