Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa. Dan selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha

Senin, 25 Maret 2013

Jilbabku Identitasku


Sebagai seorang muslimah selalu mencoba untuk bisa melaksanakan apa yang Tuhanku perintahkan. Ku ingin terus memperbaiki penampilanku, dan terus menggali ilmu sampai nanti terhenti nafasku. Hanya untuk Tuhanku, ku niatkan terus belajar memperbaiki pakaian taqwaku. Bukan untuk orang lain atau siapapun, tetapi inilah perintah Tuhanku. Apapun itu, aku ingin selalu tampil cantik dihadapan Tuhanku, bukan karena lipstik, make up, perhiasaan, ataupun baju model terbaru. Karena bukan itu ukuran cantik di mata Tuhanku. Mata Tuhanku lebih tajam, dan Dia lebih paham dalam menilai kecantikan seseorang. Dalam pandangan-Nya, Dia memiliki kriteria kecantikan yang lebih tinggi di bandingkan makhluk penghuni bumi. Mungkin kriteria itu bagi sebagian manusia terlalu sangatlah sederhana, tetapi tidak menurut Tuhanku, karena di dalamnya sangat besar manfaatnya bagiku dan bagi muslimah lainnya.

Inilah pakaian taqwaku,…..dengan segala kesederhanaan yang Tuhanku mau. Karena sesungguhnya aku ingin bisa selalu terlihat cantik di mata Tuhanku dan bukanlah sekedar ukuran cantik dalam pandangan mata umat-Mu. Inilah pakaian taqwaku, seperti yang tertuang dalam firman-Mu. Agar aku selalu ingat, bahwa perintah-Mu tak pernah merugikan diriku.

“Wahai anak cucu adam! Seesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk memutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan meraka ingat.” (Al A’raf; 26)

Tak peduli walaupun akan ada orang yang menjibirku, karena pakaian yang dianggap ketinggalan zaman ataupun tak fashionable yang tidak mengikuti trend masa kini. Kurang modisnya pakaianku, terlalu biasanya penampilanku, sehingga banyak komentar yang hadir dari mulut hamba-hamba-Mu. Ah biarkan saja, yang penting aku nyaman dengan pakaian taqwaku…aku tak peduli, yang penting Tuhan tersenyum dan senang melihat penampilanku kini. Ku hanya ingin mencoba melaksanakan perintah dan membahagiakan Tuhanku, segala komentar mungkin hanya semu yang tak akan menyurutkan langkah untuk selalu mempertahankan pakaian yang menjadi kesukaan-Mu. Sesungguhnya aku tahu, banyak dari hamba-Mu yang mengerti akan keutamaan dan hukum jilbab yang sudah menjadi perintah-Mu. Namun, diantara mereka masih banyak yang merasa enggan untuk beranjak menjalankan perintah-Mu dengan alasan yang mungkin tak lazim bagi-Mu. Sementara jelas, bahwa jilbab adalah tergolong dalam pakaian taqwa dan sebaik-baik pakaian dalam pandangan-Mu.

“Wahai Nabi katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin,”hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al Ahzab; 59)

Ketahuilah, Tuhanku menciptakan wanita dengan segala keindahannya, dan karena keindahannya itulah Tuhan memerintahkanku untuk menutupi aurat secara rapi sampai kepala dan rambutku. Karena Tuhanku ingin menjaga kecantikan wanita, dan tak ingin identitasnya sebagai wanita mulia hilang dari pandangan-Nya, serta menjaga kehormatannya agar jauh dari hal yang akan merugikannya. Pernah timbul pertanyaan sekilas dari seorang teman, kenapa aku harus berjilbab? Jawaban yang paling mudah dan sederhana adalah karena hukum berjilbab (menutup aurat) adalah wajib dalam islam.

“Dan janganlah mereka (wanita-wanita beriman) menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya (muka dan telapak tangan), dan hendaklah mereka mengulurkan khimar (kerudung) ke dadanya.” (An Nur; 31)

Namun, bukan hanya itu yang harus kita pahami ketika berbicara tentang jilbab. Karena jilbab memiliki makna tersendiri, jilbab adalah pakaian istimewa yang tidak hanya sekedar kain penutup kepala dan rambut saja. Kita harus pahami apa saja manfaatnya, dan bagaimana cara pemakaian yang sebenarnya. Agar tak hilang makna jilbab yang sebenarnya, dan agar tetap terkandung nilai-nilai kesyar’iannya. Dengan begitu, akan benar-benar bisa kita rasakan manfaat jilbab yang sesungguhnya. Sebagai ilustrasi mari kita cermati, ketika kita melihat ada dua wanita berjalan kaki, satu diantaranya memakai jilbab yang menutup auratnya dengan sangat rapi, sementara yang satunya lagi tanpa jilbab dan mungkin bisa dibilang dengan pakaian modis dan seksi yang dibilang ala trend masa kini. Hayooo…coba kita tebak, siapa yang banyak memiliki potensi menarik perhatian para pria dan menimbulkan hasrat untuk digoda? Tak perlu dibahas panjang lebar lagi, kita semua pasti sudah tahu apa yang menjadi jawabannya. Pasti jawabannya adalah, hmmm….???? Betul sekali, itulah rata-rata jawaban yang sering ku temui setiap kali diskusi tentang wacana ini. Dan mirisnya lagi, diantara jawaban teman-teman diskusi ada beberapa jawaban yang kutemui dari pihak pria yang berpendapat bahwa wanita berbusana seksi hanya untuk dinikmati, tapi bukan untuk kriteria dijadikan calon istri. Wanita dengan busana seksi cukup hanya untuk dijadikan latihan oleh para pria hanya untuk sekedar happy, sebelum akhirnya mereka mencari wanita yang baik-baik untuk teman hidup dan anak-anaknya nanti. Benar tidaknya aku tak tahu pasti, tapi itulah faktanya hasil jejak pendapat dari pertanyaan hasil diskusi kecil tentang jilbab dan dunia masa kini, jawaban sebagian teman dari segala kalangan dengan berbagai macam persepsi yang entah atas dasar apa mereka berargumentasi.

Ternyata tanpa di sadari atau tidak, begitu banyak pintu-pintu keburukan yang akan terbuka ketika seorang wanita mulai memakai pakaian seksi. Tanpa sadar atau tidak, ternyata pakaian seksi dapat begitu mudahnya dosa tersebar di mana-mana. Bahkan Abudurrahman Nusantari dalam bukunya yang berjudul “21 Resiko Buruk Busana Seksi” berpendapat bahwa pakaian seksi merupakan pakaian kehancuran bagi wanita itu sendiri. Ingatlah sebuah peringatan yang mengatakan bahwa kebanyakan isi neraka adalah kaum wanita. Memang tak tampak jelas pengaruhnya, tapi sadarkah kita betapa orang yang melihat aurat kitapun sesungguhnya akan terkena dampaknya. Paling tidak saudariku, jika engkau masih belum siap memakai busana atau jilbab, pakailah busana pantas dan sopan yang tidak mengundang warna-warna pakaian menggoda. Memang, busana pantas yang belum menutup seluruh aurat belum bisa disebut sebagai busana muslimah, tetapi itu lebih baik untukmu. Berusaha tampillah secara elegant, rapi, sopan, dan mencerminkan kepribadianmu sebagai wanita yang terhormat dan cerdas. Sambil terus belajar, dengan demikian insyaallah hingga akhirnya pelan-pelan kau akan sampai pada taraf busana ideal yang Tuhan perintahkan.

Dan inilah jilbabku, sebagai identitasku. Yang membawa rasa aman bagi setiap perjalananku, dan ketentraman sosialku yang insyaallah akan selalu tetap kujaga di setiap waktu sebagai tanda ketaatan terhadap Tuhanku. Demikianlah bukti dan janji yang telah Tuhan jelaskan untukku dan saudari-saudariku, betapa besar pengaruh jilbab bagi kehidupan seorang wanita yang mencerminkan identitas dirinya sebagai muslimah. Apapun alasannya, hanya ingin mengatakan tidak ada ruginya ketika seluruh tubuhmu tertutup rapi dengan busana dan jilbab, dengan jilbab kita akan menemukan banyak kebaikan-kebaikan. Karena seorang wanita yang telah menunaikan shalat, zakat, dan puasa ramadhan, kemudian dia menjauhi dosa-dosa besar, kemudian dia berbusana muslimah secara rapi, sungguh wanita itu telah mendapat dunia seluruhnya. Tinggal dia kelak berharap akan memperoleh surga abadi di akhirat. Wahai saudari-saudariku, jangan enggan untuk berjilbab. Belajarlah untuk bisa memakainya, secara bertahap dan mulailah dari hal kecil semampu dirimu. Kelak kau akan merasakan indahnya imbalan atas pakaian taqwa yang Tuhan perintahkan kepadamu. Dan kini akupun berani mengatakan jilbabku identitasku, inilah pakaian iman yang memberikan rasa aman bagiku yang diberasal dari Tuhanku. Di ciptakannya wanita sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Karena “Dunia itu perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim). Ini hanyalah sepenggal catatan yang ku tulis di atas hasil obrolan kecilku, mohon maaf bagi yang tidak setuju dan kurang berkenan dan selebihnya wa’allahu alam bisawab adanya….



Rabu, 13 Maret 2013

Tidak Berhenti Menyerah Karena Gagal


Ada cerita tentang seorang gadis remaja yang bercita-cita ingin menjadi penari balet terkenal. Ia telah menghabiskan waktunya belajar menari sepanjang masa kecilnya. Satu hari ada guru balet terkemuka yang datang berkunjung ke kotanya. Ia pun pergi dan menemuinya.

"Aku ingin menjadi penari balet yang hebat tapi tidak tahu apakah bakat yang aku punya cukup mendukung," ia berkata. Si guru balet menjawab, "Menarilah di hadapanku". Setelah beberapa menit kemudian si guru menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Kamu tidak punya bakat untuk menjadi penari balet yang handal".

Si gadis pergi pulang sambil menangis. Ia membuang semua perlengkapan baletnya dan tidak mau mengenakannya lagi. Selang tidak lama kemudian ia menikah, punya anak. Ketika anak-anaknya dewasa, ia bekerja sebagai penjaga kasir di toko dekat rumahnya.

Beberapa tahun berlalu dan satu hari ada pertunjukan balet di kotanya. Si gadis yang kini sudah menjadi ibu pergi bersama anak-anak dan suaminya. Setelah pertunjukan selesai tanpa sengaja ia bertemu dengan guru balet yang sama, yang saat itu sudah berusia delapan puluhan. Ia bercerita tentang kehidupannya sambil menunjukan foto anak-anaknya dan bercerita tentang pekerjaannya sebagai penjaga toko. Kemudian ia bertanya, "Hanya satu yang selama ini mengganggu. Bagaimana mungkin engkau berkata kalau aku tidak mempunyai bakat menjadi penari balet yang hebat?"

"Oh, saat itu aku sedang memikirkan hal lain. Aku tidak memperhatikan kamu menari. Itu juga yang aku katakan pada semua yang datang", si guru menjawab.

"Tapi...tapi...ini tidak bisa diterima! Sama sekali tidak masuk akal. Seandainya aku tahu itu aku tetap bisa menjadi penari balet!" ia pun menangis tersedu-sedu.

Kebanyakan dari kita mudah menyerah ketika dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan. Pertanyaannya, kenapa semudah itu kita menyerah? Intinya bukan kegagalan itu sendiri yang kita takutkan, melainkan emosi dan perasaan yang menyertai kegagalan itu yang ingin kita hindari. Barangkali kita merasa bodoh kalau gagal, merasa malu, merasa tidak diterima, merasa putus asa. Kita cenderung menghindari perasaan yang tidak mengenakkan tetapi akibatnya kita membatasi diri sendiri untuk melangkah maju.

Padahal sewaktu kita bayi, kita tidak pernah berhenti belajar berjalan. Pastinya kita jatuh berulang kali. Dari mulai merangkak, menempel di tembok sampai akhirnya bisa berjalan. Kita jatuh tapi berdiri dan mencoba lagi. Tapi setelah kita dewasa kenapa kita cenderung malu kalau jatuh atau gagal? Pastinya karena ada anggapan bahwa kegagalan adalah sesuatu yang buruk. Artinya kita merasa gagal kalau kita berpikir bahwa kita gagal!