Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa. Dan selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha

Kamis, 29 November 2012

Belajarlah Dari Seekor Anak Kerang



Pada suatu hari, seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab butiran pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran airmata, Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tanganpun sehingga ibu tak bisa menolongmu." dan si ibu kemudian terdiam sejenak, "Anakku, ibu tahu itu sangat sakit rasanya buatmu, tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan engkau terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit tubuhmu. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat anakkku," kata ibunya dengan sendu dan penuh kelembutan.

Kemudian anak kerangpun melakukan nasihat sang ibu. Ada hasilnya, akan tetapi rasa sakit itu terkadang masih terasa. Sesekali di tengah kesakitannya, sang anak meragukan nasihat ibunya. Dengan airmata, dia mencoba betahan bertahun-tahun lamanya. Tanpa disadari, sebutir mutiara mulai terbentukdi dalam dagingnya. Makin lama makin terasa halus. Dan rasa sakitpun makin berkurang. Semakin lama, mutiaranya semakin besar. Rasa sakit yang tadinya mengigit, kini menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun berlalu, sebutir mutiara itupun menjadi besar, mengkilap, dan berharga mahal. Mutiara itupun terbentuk dengan begitu sempurnanya. Penderitaan yang di rasakannya kini berubah menjadi mutiara. Dan airmatanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya saat ini, adalah hasil  perjuangan panjangnya. Hasil deritanya selama bertahun- tahun lebih itu, ternyata lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan dan restoran.

Itulah ilustrasi sebuah kehidupan, selain perjuangan kupu-kupu yang begitu mempesona dalam meraih keindahan dirinya ternyata kitapun bisa mengambil pelajaran bahkan belajar dari pengalaman seekor kerang. Seekor anak kerang saja mampu bertahan menahan sakitnya cerita kehidupan? Hanya untuk menjadikan dirinya sebagai kerang yang berharga, yang memiliki mutiara indah yang di puja keindahannya oleh seluruh manusia. Lantas kenapa kita sebagai manusia yang diberi kesempurnaan akal menjadi mudah putus asa dikala kegagalan itu datang di dalam perjalanan kita. Sesungguhnya penderitaan kerang tersebut, adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk mejadikan kerang biasa menjadi kerang yang luar biasa. Oleh karena itu, dapat dipertegas bahwa kekecewaan, masalah, kegagalan, dan segala yng kita anggap sebuah penderitaan itu dapat mengubah kita dari orang biasa menjadi orang yang luar biasa. Namun sayang, di dunia ini banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut. Mereka semua tidak tahan dengan cobaan dan kegagalan yang Allah berikan. 

Padahal ketika kita oleh Allah di tempatkan pada posisi transendental, sebenarnya ada dua jalan/pilihan yang Allah persiapkan untuk kita masuki yaitu menjadi "kerang biasa yang disantap orang" atau "kerang yang menghasilkan mutiara", menjadi "orang biasa selamanya" atau menjadi "orang yang luar biasa". Lagi-lagi sayangnya, coba kita lihat realita yang ada lebih banyak orang yang memilih jalan atau pilihan pertama. Jadi, tidaklah mengherankan bila jumlah orang yang sukses yang mampu meraih kemenangan itu lebih sedikit jumlahnya dibandingkan orang-orang yang memilih jalan atau pilihan kedua.

Mungkin sebagian dari kita saat ini, ada yang sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, kegagalan, atau terluka karena orang-orang di sekitar kita. Jangan cemaskan semuanya, cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut sambil katakan dalam hati anda, " Airmataku ini diperhitungkan oleh Allah Swt. Penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi sebuah mutiara yang berharga. Karena Allah akan mengangkat semuanya dan menggantikannya dengan kesuksesan dan kemenangan yang sebenarnya, sehingga aku akan menjadi orang yang luar biasa...tidak hanya di mata Tuhan, tetapi juga di mata keluarga dan penduduk dunia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar