Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa. Dan selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha

Selasa, 13 Agustus 2013

Aku Dan Beranda Masjid Itu



Siang ini aku terjebak oleh hujan, padahal isi hati ingin sekali bisa segera pulang. Agar bisa secepat mungkin sejenak merebahkan badan. Tapi apa mau di kata rahmat-Nya sudah terlebih dahulu menyapa bumi tercinta, lewat rintik gerimisnya. Mengingat kondisi badan yang baru saja sehat, aku pun mulai segera mengambil langkah cepat untuk mencari tempat berteduh agar dapat menghentikan langkah kaki sesaat. Padahal aku tahu, hujan deras belum sepenuhnya datang mengguyur badanku, baru rintik gerimis kecilnya saja yang menyapa wajahku. Tapi aku tidak ingin mengambil resiko untuk kesehatanku. Di tengah langkah cepatku, tiba-tiba saja kakiku terhenti di sini. Aku sudah menemukan tempat untuk ku berteduh dari hujan yang siap mengguyur seluruh badanku. Kaki ku terhenti tepat di depan sebuah masjid yg sedang dalam tahap renovasi. Karena hujan begitu derasnya, maka akupun langsung saja memutuskan untuk masuk ke dalam beranda masjid yg sedang direnovasi itu. Aku pun berdiri terdiam sendiri di beranda masjid ini, sambil menikmati lukisan rahmat-NYA yg sedikit demi sedikit mulai mengguyur bumi, dan pemandangan di sekitar beranda ini. Tanpa terasa sudah setengah jam diriku berdiri dan berteduh di sekitar beranda masjid yang sedang di renovasi. Setelah hampir satu jam, akhirnya hujanpun siap mengalah untuk memilih reda dan kembali ke peraduannya. Kini akupun telah siap untuk beranjak guna melangkahkan kaki, melanjutkan perjalanan pulang ke istana tercinta.

Namun ketika diri ini hendak keluar untuk melanjutkan langkah kaki, entah kenapa hati ini tiba-tiba tergerak untuk mendekati seorang ibu tua yg sejak tadi menyita perhatianku selama berdiri di beranda masjid yg sedang dlm tahap renovasi itu. Seorang wanita setengah baya yang ku perhatikan dibalik gerimis mengundang itu, berdiri dan berjalan kian kemari di jalanan untuk meminta sumbangan pembanganun masjid di tempatku berteduh saat itu. Keriput di wajahnya terlihat jelas, menandakan bahwa ibu itu tidak lagi muda usianya. Jika boleh menerka, mungkin usianya ada sekitar 50 tahunan. Dirinya yg  ringkih, begitu semangatnya berdiri di luar sana dan hampir-hampir tidak menghiraukan hujan deras yg akan datang menyapanya. Padahal saat itu sudah ada gerimis yang mulai mengundang dirinya. Sungguh, mataku tak berkedip sedikitpun melihat pemandangan itu. Mataku selalu saja tertuju ke seorang ibu tua itu. Bagiku, melihat orang membawa keranjang di jalanan ketika ada pembangunan masjid itu sudah lumrah, biasa dipandang mata, dan biasanya para pemuda/pemudi lah yg berdiri di sekitar jalan itu.Tapi kali ini, sungguh ini pemandangan tidak biasa bagiku. Hatiku tergelitik kepadanya, rasaku sangat besar sekali untuk ingin mendekatinya. Tanpa banyak kata, ditengah kesibukannya aku pun langsung saja mencoba utk mendekatinya dan serta merta melangkahkan kaki untuk ikut berdiri di sampingnya. Akupun langsung menyapanya. Ini adalah pengalaman pertamaku ikut berdiri di jalan untuk hal yang tidak pernah kulakukan sama sekali sebelumnya. Aneh rasanya melihat diriku sendiri yang tiba-tiba bisa ada dan berdampingan di sisinya. Berdiri sejajar tepat di sampingnya, di pinggir jalanan di depan beranda masjid yg sedang di renovasi.

Tak perlu lama untuk memecahkan suasana. Sejenak kami berdua pun langsung bisa terlibat oleh sebuah pembicaraan dengan berbagai macam cerita, dan mulai menjadi begitu akrabnya. Ditengah berlangsungnya obrolan itu, diri ini pun terusik untuk bertanya tentang dirinya. Aku katakan kekagumanku padanya.

"Saya salut dengan semangat ibu, dari tadi sejak awal gerimis, di beranda masjid itu saya perhatikan ibu begitu antusiasnya berdiri disini mendekati setiap kendaran yg berlalu lalang pergi.Kenapa harus ibu yg berdiri di jalanan ini, dan melakukan semua hal ini? Kenapa semua yg terlihat di sini hanya ibu-ibu saja, dan juga bapak-bapak tua itu. Bukan anak-anak RISMA nya, kemana mereka semua? Apa memang tidak ada anak-anak muda/RISMA yg aktif di masjid ini?". Sekelumit pertanyaan menggantung di diriku.

Ibu itu tersenyum mendengar pertanyaanku. Dan kemudian dengan keramahannya ibu itupun menjawab, "Gak apa-apa nak, ibu senang melakukan ini semua walaupun usia ibu dibilang sudah tua, begitu juga dengan ibu-ibu yg lainnya, kami tanpa beban menjalankan pekerjaan ini semua, toh semua yg kami lakukan ini kan untuk kepentingan bersama-sama. Bukan tidak ada anak-anak muda ataupun RISMA di sini, hanya saja mungkin anak-anak muda/RISMA nya masih pada sibuk dengan aktivitas mereka di luar sana, sehingga mereka belum punya waktu untuk berdiri bersama-sama. Anak muda zaman sekarangkan selalu mempunyai banyak sekali kegiatan dan berbagai macam kepentingan, tidak seperti kami yang sudah mulai renta dan punya banyak waktu luangnya."

Akupun hanya terdiam, mendengar jawaban ibu itu. Sambil mengambil intisari dari semua perkataannya barusan, diam-diam akupun mulai mengintropeksi diri tentang waktu dan segala aktivitasku. Bijaksana kata-katanya tadi. Tapi entahlah hati ini masih saja terusik dengan jawabannya. Di dalam hati kecilku bertanya, sebegitu sibuknya kah anak-anak muda itu semua, sehingga tidak ada satupun dari anak-anak muda yang terlihat wajahnya untuk membantu mereka. Sebenarnya kemana anak-anak muda itu semua? Apakah iya mereka benar-benar sibuk di luar sana dengan segudang aktivitasnya, sehingga tidak lagi memiliki sedikit waktu luangpun untuk membantunya, ataukah sebagian dari mereka sebenarnya ada rasa malu untuk berdiri disini, di jalanan ini. Semua yang terlihat di mataku, hanya ibu-ibu setengah baya yg bergerak dengan semangat dan lincahnya, dan bapak-bapak tua yg sedang duduk bersila di beranda masjid yg sedang menghitung uang, hasil pendapatan mereka hari ini. Entahlah...hanya mereka sendiri, anak-anak muda itu yang punya jawab tentang semuanya. Diri ini hanya bisa menduga-duga saja, dan tidak akan pernah tahu akan kebenaran jwabannya. Rasanya sore itu, enggan kaki ini untuk beranjak meninggalnya. Rasanya diri ini banyak sekali ingin dapat bicara serta berdiskusi dengannya dan juga kepada ibu-ibu yg lainnya. Karena santun gaya bicaranya, kesahajaan yg tersirat di wajahnya, semangat dan seuntai senyum ramahnya membuatku merasa takjub terhadap dirinya. Tapi sayang, waktu sudah menghantarkan pada pukul 16.45 wib yang menandakan bahwa sore akan berganti shiftnya dengan senja. Dan waktu sudah mengharuskan kaki ku untuk melangkah pergi meninggalkan beranda masjid dan semua ceritanya. Dan akupun permisi untuk berpamitan kepada mereka semua, sambil memasukkan sejumlah uang 20 ribuan dan 5 ribuan ke keranjang yg dibawaoelh si ibu tua. Dan tak lupa aku pun mengucapkan salam dan terima kasih kepadanya atas segala cerita indah dan diskusinya yang penuh sarat makna. Ibu itupun lantas menjawab salam dan berkata, "terima kasih kembali nak. Senang hari ini bisa berbagi cerita denganmu, hati-hati dijalan". Dan aku pun membalasnya dengan seuntai senyum indah untuknya, lalu aku pun pergi meninggalkan semua cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar