Siang ini aku terjebak oleh hujan,
padahal isi hati ingin sekali bisa segera pulang. Agar bisa secepat mungkin
sejenak merebahkan badan. Tapi apa mau di kata rahmat-Nya sudah terlebih dahulu
menyapa bumi tercinta, lewat rintik gerimisnya. Mengingat kondisi badan yang
baru saja sehat, aku pun mulai segera mengambil langkah cepat untuk mencari
tempat berteduh agar dapat menghentikan langkah kaki sesaat. Padahal aku tahu,
hujan deras belum sepenuhnya datang mengguyur badanku, baru rintik gerimis
kecilnya saja yang menyapa wajahku. Tapi aku tidak ingin mengambil resiko untuk
kesehatanku. Di tengah langkah cepatku, tiba-tiba saja kakiku terhenti di sini.
Aku sudah menemukan tempat untuk ku berteduh dari hujan yang siap mengguyur
seluruh badanku. Kaki ku terhenti tepat di depan sebuah masjid yg sedang dalam
tahap renovasi. Karena hujan begitu derasnya, maka akupun langsung saja
memutuskan untuk masuk ke dalam beranda masjid yg sedang direnovasi itu. Aku
pun berdiri terdiam sendiri di beranda masjid ini, sambil menikmati lukisan
rahmat-NYA yg sedikit demi sedikit mulai mengguyur bumi, dan pemandangan di
sekitar beranda ini. Tanpa terasa sudah setengah jam diriku berdiri dan
berteduh di sekitar beranda masjid yang sedang di renovasi. Setelah hampir satu
jam, akhirnya hujanpun siap mengalah untuk memilih reda dan kembali ke
peraduannya. Kini akupun telah siap untuk beranjak guna melangkahkan kaki,
melanjutkan perjalanan pulang ke istana tercinta.
Namun ketika diri ini hendak keluar
untuk melanjutkan langkah kaki, entah kenapa hati ini tiba-tiba tergerak untuk
mendekati seorang ibu tua yg sejak tadi menyita perhatianku selama berdiri di
beranda masjid yg sedang dlm tahap renovasi itu. Seorang wanita setengah baya
yang ku perhatikan dibalik gerimis mengundang itu, berdiri dan berjalan kian
kemari di jalanan untuk meminta sumbangan pembanganun masjid di tempatku
berteduh saat itu. Keriput di wajahnya terlihat jelas, menandakan bahwa ibu itu
tidak lagi muda usianya. Jika boleh menerka, mungkin usianya ada sekitar 50
tahunan. Dirinya yg ringkih, begitu semangatnya berdiri di luar sana dan
hampir-hampir tidak menghiraukan hujan deras yg akan datang menyapanya. Padahal
saat itu sudah ada gerimis yang mulai mengundang dirinya. Sungguh, mataku tak
berkedip sedikitpun melihat pemandangan itu. Mataku selalu saja tertuju ke
seorang ibu tua itu. Bagiku, melihat orang membawa keranjang di jalanan ketika
ada pembangunan masjid itu sudah lumrah, biasa dipandang mata, dan biasanya
para pemuda/pemudi lah yg berdiri di sekitar jalan itu.Tapi kali ini, sungguh
ini pemandangan tidak biasa bagiku. Hatiku tergelitik kepadanya, rasaku sangat
besar sekali untuk ingin mendekatinya. Tanpa banyak kata, ditengah kesibukannya
aku pun langsung saja mencoba utk mendekatinya dan serta merta melangkahkan
kaki untuk ikut berdiri di sampingnya. Akupun langsung menyapanya. Ini adalah
pengalaman pertamaku ikut berdiri di jalan untuk hal yang tidak pernah
kulakukan sama sekali sebelumnya. Aneh rasanya melihat diriku sendiri yang
tiba-tiba bisa ada dan berdampingan di sisinya. Berdiri sejajar tepat di
sampingnya, di pinggir jalanan di depan beranda masjid yg sedang di renovasi.
Tak perlu lama untuk memecahkan suasana.
Sejenak kami berdua pun langsung bisa terlibat oleh sebuah pembicaraan dengan
berbagai macam cerita, dan mulai menjadi begitu akrabnya. Ditengah
berlangsungnya obrolan itu, diri ini pun terusik untuk bertanya tentang
dirinya. Aku katakan kekagumanku padanya.
"Saya salut dengan semangat ibu,
dari tadi sejak awal gerimis, di beranda masjid itu saya perhatikan ibu begitu
antusiasnya berdiri disini mendekati setiap kendaran yg berlalu lalang
pergi.Kenapa harus ibu yg berdiri di jalanan ini, dan melakukan semua hal ini?
Kenapa semua yg terlihat di sini hanya ibu-ibu saja, dan juga bapak-bapak tua
itu. Bukan anak-anak RISMA nya, kemana mereka semua? Apa memang tidak ada
anak-anak muda/RISMA yg aktif di masjid ini?". Sekelumit pertanyaan
menggantung di diriku.
Ibu itu tersenyum mendengar
pertanyaanku. Dan kemudian dengan keramahannya ibu itupun menjawab, "Gak
apa-apa nak, ibu senang melakukan ini semua walaupun usia ibu dibilang sudah
tua, begitu juga dengan ibu-ibu yg lainnya, kami tanpa beban menjalankan
pekerjaan ini semua, toh semua yg kami lakukan ini kan untuk kepentingan
bersama-sama. Bukan tidak ada anak-anak muda ataupun RISMA di sini, hanya saja
mungkin anak-anak muda/RISMA nya masih pada sibuk dengan aktivitas mereka di
luar sana, sehingga mereka belum punya waktu untuk berdiri bersama-sama.
Anak muda zaman sekarangkan selalu mempunyai banyak sekali kegiatan dan
berbagai macam kepentingan, tidak seperti kami yang sudah mulai renta dan punya
banyak waktu luangnya."
Akupun hanya terdiam, mendengar jawaban
ibu itu. Sambil mengambil intisari dari semua perkataannya barusan, diam-diam
akupun mulai mengintropeksi diri tentang waktu dan segala aktivitasku.
Bijaksana kata-katanya tadi. Tapi entahlah hati ini masih saja terusik dengan
jawabannya. Di dalam hati kecilku bertanya, sebegitu sibuknya kah anak-anak
muda itu semua, sehingga tidak ada satupun dari anak-anak muda yang terlihat
wajahnya untuk membantu mereka. Sebenarnya kemana anak-anak muda itu semua?
Apakah iya mereka benar-benar sibuk di luar sana dengan segudang aktivitasnya,
sehingga tidak lagi memiliki sedikit waktu luangpun untuk membantunya, ataukah
sebagian dari mereka sebenarnya ada rasa malu untuk berdiri disini, di jalanan
ini. Semua yang terlihat di mataku, hanya ibu-ibu setengah baya yg bergerak
dengan semangat dan lincahnya, dan bapak-bapak tua yg sedang duduk bersila di
beranda masjid yg sedang menghitung uang, hasil pendapatan mereka hari ini.
Entahlah...hanya mereka sendiri, anak-anak muda itu yang punya jawab tentang
semuanya. Diri ini hanya bisa menduga-duga saja, dan tidak akan pernah tahu
akan kebenaran jwabannya. Rasanya sore itu, enggan kaki ini untuk beranjak
meninggalnya. Rasanya diri ini banyak sekali ingin dapat bicara serta
berdiskusi dengannya dan juga kepada ibu-ibu yg lainnya. Karena santun gaya
bicaranya, kesahajaan yg tersirat di wajahnya, semangat dan seuntai senyum
ramahnya membuatku merasa takjub terhadap dirinya. Tapi sayang, waktu sudah
menghantarkan pada pukul 16.45 wib yang menandakan bahwa sore akan berganti
shiftnya dengan senja. Dan waktu sudah mengharuskan kaki ku untuk melangkah
pergi meninggalkan beranda masjid dan semua ceritanya. Dan akupun permisi untuk
berpamitan kepada mereka semua, sambil memasukkan sejumlah uang 20 ribuan dan 5
ribuan ke keranjang yg dibawaoelh si ibu tua. Dan tak lupa aku pun mengucapkan
salam dan terima kasih kepadanya atas segala cerita indah dan diskusinya yang
penuh sarat makna. Ibu itupun lantas menjawab salam dan berkata, "terima
kasih kembali nak. Senang hari ini bisa berbagi cerita denganmu, hati-hati
dijalan". Dan aku pun membalasnya dengan seuntai senyum indah untuknya,
lalu aku pun pergi meninggalkan semua cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar