Jangan
pernah menyangka bahwa tulisan ini akan bercerita tentang kisah dua anak
manusia, karena disini penulis bukan seorang ahli sastra. Tapi tulisan ini
hanya ingin berkisah tentang Tuhan dan seorang hamba-Nya, bagaimana kecintaan Tuhan
terhadap hamba-Nya, dan bagaimana pula seorang hamba harus mengabdikan cinta
kepada Tuhannya. Karena begitu banyaknya cerita yang hadir lewat lukisan
terindah-Nya, dan setiap manusia sudah tentu mempunyai cerita yang tidak selalu
sama dengan manusia lainnya. Lewat lukisan-Nya, terkadang Allah menegur kita
dan membuat sadar betapa kita membutuhkan-Nya.
Cinta
sejati dan cinta yang hakiki adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan alangkah
tak pantas kiranya jika cinta kita kepada yang lainnya melebihi cinta kepada
Tuhannya. Memang sulit mendefinisikan apa itu cinta? Banyak beragam yang
mengartikan tentang cinta menurut berbagai macam persepsi manusia, tetapi ada
sebagian yang tak jelas maknanya. Karena itulah, cinta tidak bisa dideteksi seperti
apa bentuk dan keberadaannya. Akan tetapi, bagi seorang hamba yang hatinya
telah tertawan oleh cinta Tuhan-Nya, ia bisa merasakan bahwa ada cinta di dalam
setiap lukisan Tuhannya yang penuh dengan cerita yang beraneka. Karena cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ciri orang yang bertaqwa, dalam keadaan
apapun hanya cinta Allah yang bersarang di dadanya, serta mencintai Rasul-Nya, mencintai
seseorang dan yang lainnya hanya karena Allah semata. Itulah seyogyanya hakikat
cinta hamba terhadap Tuhan-Nya. Dan dari situ, sudah pasti Allahpun akan membalas
segala cinta hamba-Nya.
Dari
Abi Hurairah berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda; “Jika Allah mencintai
seorang hamba, Dia akan menyeru malaikat Jibril dan berfirman; “Wahai Jibril,
sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia,’maka malaikat
Jibrilpun mencintainya, kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit;
“Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia,’maka penghuni
langitpun mencintainya, lalu dijadikan untuknya penerimaan baik atau simpati di
bumi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Itulah
salah satu bentuk kecintaan Tuhan kepada hamba-Nya, jika Ia telah mencintai
seseorang maka Ia akan berseru kepada seluruh penghuni langit dan bumi untuk
senantiasa ikut mencintainya. Kecintaan-Nya kepada hamba-Nya melebihi dari
segalanya. Lantas sekarang, bagaimana dengan keberadaan cinta kita kepada-Nya??
Sudahkah cinta yang kita punya, kita serahkan secara total hanya untuk-Nya?
Setidaknya setiap tindakan, langkah, dan apa yang kita punya semata-mata hanya
karena-Nya.
“Tidak
ada amalan yang paling aku cintai dari hamba-Ku kecuali apa yang telah
diwajibkan kepadanya. Dan Aku mencintai hamba-Ku yang senantiasa mendekatkkan
diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah.” (HR. Bukhari)
Terkadang
Tuhan menyampaikan kata cinta-Nya melalui sebuah musibah dan masalah, terkadang
juga Tuhan menyampaikannya lewat kegembiraan dan kabar bahagia. Akan tetapi,
semua itu tergantung pada manusianya dapatkah ia merasakan bahwa apa yang
diberikan itu adalah sebuah kasih sayang dan tanda kecintaan Tuhan terhadapnya.
Tak begitu banyak manusia yang bisa merasakannya, kebanyakan dari kita yang
lupa ketika diberi kegembiraan dan kabar bahagia dan seringkali tidak terima
bahkan berkeluh kesah ketika diberikan sebuah musibah dan masalah. Akan tetapi,
lain bagi seorang hamba yang hatinya telah mencintai Tuhannya, semua
kegembiraan dan kabar bahagia itu tidak menjadikannya lupa, bahkan akan
menjadikannya semakin bertambah rasa syukurnya terhadap Tuhannya. Dan ketika
dihantarkan sebuah musibah dan masalah, akan semakin bertambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhannya. Itulah semestinya balasan cinta seorang hamba
terhadap Rabbnya.
Lihatlah
bagaimana cara Allah mencintai hamba-Nya, keindahan dan kasih sayang-Nya selalu
terlihat dimanapun berada dan mendahului keadilan-Nya. Kekuatan-Nya mendahului
rahmat-Nya di semua peristiwa. Tak pernah pula terlihat Allah mengingkari semua
janji yang telah diucapkan di setiap firman-Nya.
Dengan
mencintai Allah, akan menghantarkan kita pada sebenar-benarnya kehidupan dan kebahagia yang sejati adanya. Semakin besar
kita mencintai-Nya maka semakin besar pula rasa kecintaan-Nya kepada hamba-Nya.
Semakin kita dekat kepada-Nya maka semakin dekat pula diri-Nya kepada kita, dan
sebaliknya semakin jauh kita kepada-Nya maka semakin jauh pula Dia kepada
hamba-Nya. Mari, berpalinglah hanya
kepada Allah Yang Maha Cinta yang akan mencurahkan cinta sampai titik
ketertakhinggaan. Dan jadikan cinta kepada-Nya menjadi cinta yang lebih utama
agar kita terhindar dari tipu dunia. Dan mencintai apapun yang kita punya serta
siapapun karena Allah tanpa presesti adanya, insyaallah akan menumbuhkan kecintaan pada hati-hati yang lain dengan
sendirinya. Dan selanjutnya wa’allahu
alam bisawab, Allah yang berkuasa di atas segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar